-->

Jenuh

Banyak hal-hal yang kita palsakan kehendaknya, melewati haknya orang lain, melalaikan kewajiban kita sendiri. Egois sudah menguasai diri. Egois membunuh nalar sejati. Egois, pura-pura dengan wajah polos tak berdosa untuk menjatuhkan orang lain.

Apakah semua ini diukur dari simbiosis mutualisme semata?. Keuntungan masing-masing yang didapatlah yang memnjadi prioritas utamanya.

Dimana kehidupan kemanusiaan, toleransi dan tenggang rasa.

Musnahkah ditelan zaman yang aemakin modern, atau zaman yang semakin terbelakang.

Dimana semua mahluk sudah tidak lagi berjalan di alurnya masing-masing.

Makian, cemoohan, sudah menjadi hal lumrah dan biasa bagi setiap kalangan. Tidak lagi kenal usia muda ataupun tua.

Dunia semakin tua, manusia semakin renta, runtuh nilai" budi luhur.

Terkikis termakan waktu.

Untukmu yang sudah jauh, teramat jauh hingga tak mampu lagi untuk sekedar melihat titik di kejauhan.

Untukmu yang pergi tanpa pamit, tanpa meninggalkan pesan mendalam.

Luka akibat darimu masih sedikit tersisa perih-perihnya.

Menganga lagi, sengaja aku robek . Setidaknya itulah kenangan yang bisa dikenang.

Jenuh dengan perasaan" masih tak rela ini. Jenuh dengan kebodohan dunia ini, jenuh dengan sikap" dan sifat munafik yang ditunjukan setiap orang. Entah kalau saja masih layak disebut sebagai manusia.

Cukupkan sandiwara itu. Tidak ada yang pasti kecuali mati. Tidak ada yang abadi kecuali iman.

0 Response to "Jenuh"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel