-->

Cerminan Diri dari Jodoh

Aku bukanlah seorang wanita yang cantik, pintar, kaya, atau berahlak mulia. Jauh semua itu dari diriku. Wanita biasa dengan wajah biasa, otak biasa, kekayaan tak ada, dan beribadah selayaknya yang wajib saja. Kesempurnaan sebagai tolak ukur sebagai wanita tak bisa aku lakukan. Inilah diriku dengan semua kekuranganku.

Dengan segala khilafku dimasa lalu, pergaulanku yang biasa saja. Aku mungkin bisa dibilang ansos, karena bagiku membina suatu hubungan itu sangat sulit bila aku tidak nyaman. Tapi jika aku sudah nyaman dengan seseorang, mudah bagiku menunjukan sifat asli dari diriku.

Temanku pun bisa dibilang tidak banyak bertambah, tapi sampai saat ini masih menjalin hubungan yang baik. Itulah aku.

Bagiku, memilih pasangan pun bukan suatu yang mudah untuk aku jalani. Gejolak mudaku selalu berhasrat untuk mencoba mengenal setiap pribadi yang baru. Tapi sifat introfert ku yang sulit untuk memulai.

Banyak hal yang membuatku unconfidence untuk semua hal. Entah sejak kapan aku suka dengan kesendirian dan kesunyian. Lebih bebas dan menyenangkan buatku untuk mengekspresikan diriku.

Jadi untuk pasangan, aku tidak suka orang yang selalu kepo (Over Protektif) dengan kehidupanku setiap hari setiap jam setiap menit bahkan setiap detik. Bahkan sampai menanyakan kegiatanku dengan orang lain. Seperti dimata-matai setiap harinya. Sangat tidak nyaman buatku. Tapi aku tidak suka juga bila orang yang tidak pernah perduli dengan hari-hariku. Seperti status hubungan sebagai pelengkap dan jawaban bila ditanya orang lain.

Kadang sikap sewajarnya, biasa-biasa saja sangat menyenangkan buatku, seperti itulah gambaran sifat yang aku inginkan dari pasanganku.

Tidak pernah lupa untuk menyapa setiap hari, tapi tidak mendekteku dengan pertanyaan setiap hari. Tidak juga sungkan untuk bertanya kegiatanku, tidak pula selalu sok sibuk dengan dirinya sendiri.

Terlalu berlebihan kah idaman pasangan buatku. Bagaimana dengan sikapku selama ini?. Aku orang introfert yang terkadang butuh untuk di suport segala yang ku lakukan, yang juga butuh dibimbing karna keplinplananku, yang butuh ditegaskan jika salah, yang kadang harus diingatkan jika sering terlupa, yang banyak kekurangan dan harus bisa diterima pasangan.

Ibadahku butuh pembimbing untuk menuju tuhanku. Maka aku butuh seorang yang mampu menjadi imamku.

Wajahku butuh perawatan, maka aku butuh seorang yabg mapan yang bagaimanpun lunturnya kecantikan dunia akan senantiasa memuji walau itu habya untui menyenangkanku.

Aku tidak pintar, maka aku butuh seorang yang mampu mengajarkanku membimbing dan memberitahu dengan lemah lembut tanpa mencelaku.

Aku tidak kaya, maka aku butuh seorang yang mampu bertanggung jawab akan diriku dan kehidupanku.

Aku selalu memasrahkan jodoh yang allah sudah tukiskan di lafulmahfudz nya.

Tapi tak juga serta merta aku tak berusaha dengan ikhtiarku. Memperbaiki diriku, berhijrah untuk memantaskan ku pada jodoh yang allah pilihkan.

Allah memang luar biasa, jodoh itu cerminan diri, maka dari itu pasti manusia akan berusaha menjadi terbaik untuk dapat terbaik pula.

Jodohku, siapapun engkau kelak, dimanapun engkau berada, begitu banyak kekuranganku yang tak habis ku ceritakan hanya dengan sekali duduk. Begitu banyaknya cacat dan aib hidup yang selama ini allah tutupi untuk ku. Yang mungkin membuatmu akan berfikir dua kali untuk menerima diriku. Tapi jika allah sudah menakdirkan kita berjodoh, maka manusia bisa apa. Aku pun akan menerima setiap ketidak sempurnaanmu. Aku hanya meminta, jika kita berjodoh, mari bertumbuh bersama, berkembang bersama, menuju allah sama-sama, ke surganya sama-sama. Inshaallah.

0 Response to "Cerminan Diri dari Jodoh"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel