-->

Memaafkan Waktu Merubah Nasib

Sebelum ada kamu, hidupku baik-baik saja tanpa merasakan arti apa-apa. Tanpa kamu, aku terbiasa berjalan sendiri atau menghabiskan waktu dengan sahabat-sahabat baikku. Tanpamu, aku hanya merindu suasana tenang dan damai. Tanpamu, aku tak perlu melapor setiap harinya tentang kegiatanku. Tak perlu ada yang ku khawatirkan dan kutanyai setiap waktu. Tanpamu dulu hidupku biasa saja, walau aku terbiasa seperti itu, cukuplah bagiku tanpa duka.

Memang aku yang mengenalmu terlebih dahulu sebagai orang asing, tanpa mau melewati batas itu. Tapi kau yang berusa masuk di kehidupanku sebagai orang terpenting, mengaburkan semua mimpi, membawa angan-angan jauh melayang, membumbungkan asa setinggi-tingginya. Merusak, merubah sistem kehidupanku yang sudah ku susun rapih. Membuatku mengahayal, dan memimpikan hal-hal yang teramat indah. Yang rasanya sangat tidak mungkin untuk ku gapai, namun dengan cara termanis yang kau bisa, segala bujuk rayu kau lakukan untuk membuatku tetap berada di jalurmu.

Kau terlalu dan selalu membuatku terbiasa dengan hadirmu, sampai sering kali ku lupa, aku pun ada bersamamu. Aku terlalu tenggelam akan semua pesonamu. Jati diri bagiku sudah tidak penting lagi.

Dinamika yang kau mainkan untuk kita, cukup membuatku merasa berarti bagimu. Kadang bahagia, kadang juga sedih mendera. Suatu hal yang biasa kita lalui, sambil kau pegang erat tanganku.

Saat semuanya baik-baik saja, kau dan aku merencanakan bersama, kehidupan yang kau dan aku impikan. Yang kurasa saat itu, hanya menunggu beberapa waktu lagi. Pasti tak akan terasa lama. Aku masih sanggup hanya menunggu waktu yang singkat itu. Aku tidak mau mencercamu dengan waktu, karna kehidupanmu bukan hanya tentang aku. Kejarlah apa yang masih ingin kau lakukan. Aku tak menahanmu dengan keadaan.

Sampai akhirnya, aku tidak mengerti lagi. Semua begitu mendadak. Tidak adanya lagi dirimu dihidupku. Tidak ada lagi yang kutanyai setiap waktu. Tidak ada lagi kekhawatiran ku. Tidak ada lagi, tidak ada lagi. dengan kebingunganku, terasa cepat sekali kau pergi meninggalkan aku. Penjelasanmu tentang masalagmu, seakan kau hanya memberitau, bahwa kau sudah siap akan segala sesuatu yang akan terjadi. Bahwa kau akan baik-baik saja meninggalkan aku tanpa kejelasan. Tanpa perjuangan, kau menerima hal baru yang bahkan belum kau tau. Kau membuangku begitu saja tanpa kata. Tanpa pembelaan untuk semua mimpi kita yang dulu kukira begitu indah.

Terimakasih atas pelajaran hidup yang begitu berharga, yang membuatku sadar akan arti diriku sendiri. Yang biasanya semua tentang kamu, yang meninggalkan kebingunganku dengan keadaan ini, yang tidak ada lagi untuk ku khawatirkan keadaannya, yang tidak ada lagi yang mengkhawatirkan aku, yang tidak ada lagi manja suaranya, yang tidak ada lagi omelannya, yang tidaj bisa lagi kurindukan wujudnya, yang kini hanya bisa ku iklaskan keputusannya. Kau memeilih pergi dari kehidupanku. Dan menerima kehidupan baru pilihan orang lain.

Yang hilang sudah sisi kedewasaanmu setiap menasehatiku, yang mengukur masalah dengan mudahnya, yang menjadikan dirimu bijaksana. Sudah hilang, tidak ada lagi, tak bersisa didirmu.

Kumohon berbahagialah dengan apa yang kau pilih. Dan pilihan yang kau buat untukku, cukup untuk membuatku berduka entah sampai kapan. Karna untuk membiarkan orang baru masuk lagi kedalam kehidupanku, terasa sulit dan asing, karna dirimu. Sebagian kecil atas dirimu belum benar-benar pergi.

Membuka hati lagi artinya aku siap untuk ditinggal lagi. Memang tak semua yang kita miliki itu abadi digenggaman kita, namun bukankah hanya sampai maut yang memjsahkan kita itu sudag lebih dari cukup. Sampai allah persatukan kita lagi disurganya bukankah itu luar biasa cukup.

Pergilah, kembangkan sayapmu, mungkin selama ini memang bukan aku tujuan mu. Bukan aku , sampai terakhir memang bukan diriku.

Terlalu banyak waktu terkukung karna aku, pergilah, habiskan waktumu.

Biar aku memilih sepi ini.

0 Response to "Memaafkan Waktu Merubah Nasib"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel